Berita Terkini :
SALAM REDAKSI ,  WELCOME  |   sign in   |   Gueet Book   |   Kontak Kami



Harap tunggu :D
Sponsored By :FORWI.

Healine News

DeaMedia SKU Forum Wartawan Indonesia

Headline News Caver Depan
forwinews.blogspot.com




Email

forwisulsel@yahoo.com

Visitor

Berita Dari Sulsel

Berita Dari Sultra

Berita Dari Sulbar

Kawasan Link Media

Tuesday, June 12, 2012

Struktur Team Advokasi Pers

Struktur Team Advokasi Pers
Forum Wartawan Indonesia Sulsel

Ketua : Muh. Anas, SH
Wakil Ketua : Andi Jaya Pasong, SH
Sekertaris : Jamaluddin, SH
Anggota : Andi Baso Pawennei,SH

Adipura Plus Sembilan Adiwiyata Untuk Tarakan

Tarakan,- Pemerintah Kota Tarakan kembali menerima penghargaan di bidang lingkungan, diantaranya piala Adipura dan 9 penghargaan Adiwiyata dimana 7 sekolah menerima penghargaan Adiwiyata tingkat Provinsi.

    1 Sekolah menerima penghargaan Adwiyata tingkat Nasional dan 1 sekolah menerima penghargaan Adiwiyata Mandiri. Piala Adiwiyata merupakan salah satu program Kementrian Lingkungan Hidup RI dalam rangka mendorong terciptanya pengetahuan dan keasadaran warga sekolah dalam upaya pelestarian lingkungan hidup.

    Kementrian Lingkungan Hidup RI memberikan piala Adiwiyata Mandiri pada SMP Negri 1 Tarakan dan penghargaan diberikan lansung oleh Presiden RI Susilo Bambang Yuhdoyono (SBY) dan untuk piala Adiwiyata Nasional yang dianugrahkan kepada SMK Negeri 1 Tarakan, diberikan lansung Mentri Lingkungan Hidup RI, Balthasar Kambuya.

   Sementara itu 7 sekolah lainya yang menerima penghargaan Adiwiyata tingkat Provinsi, diserahkan Gubernur Kaltim H, Awang Faruk diantaranya SDN 024, SDN 020, SDN 018, SMP Negeri 1, SMP Negeri 2, SMP Negeri 5 dan SMK Negeri 1 Tarakan.

    Selain penghagaan Adiwiyata dan Adipura, Pemkot Tarakan juga memerima beberapa pengharagaan lainnya, diantaranya piala Wahana Tata Nugraha Tahun 2012, Penghargaan Taman Kota Terbaik Tingkat Nasional, Piala Stand terbaik City Expo Indonesia - APEKSI di Manado, dan penghargaan Otonomi JPIP

Area Kaltim tahun 2012 dalam kategori penghargaan pemberdayaan ekonomi lokal dan penghagaan Akuntabilitas Publik.

Piala dan Penghargaan tersebut diarak keliling jalan – jalan Protokol kota, Kamis (07/06), yang dimula dari Halaman Tamu Khusus Bandara Juata – Jl. Mulawarman – Jl. Yos Sudarso – Lingkas Ujung, kemudian memutar kembali ke arah Yos Sudsarso – Jl. Jend. Sudirman – Jl. Halmahera – Jl. Kalimantan, finish dihalaman Kantor Walikota Tarakan.

TT – DD – OZ, Diskominfo Tarakan.

5 Provinsi Dapat Alokasi Rp 510 Miliar Untuk Proyek Sanitasi

     Jakarta, Kementerian Pekerjaan Umum (PU) kucurkan US$ 60 juta untuk program Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat (SPBM) di 5 provinsi di Indonesia. Program sanitasi bertujuan untuk menjaga kesehatan lingkungan diantaranya pengelolaan air pipa pembuangan dari MCK.

    Program ini telah dicanangkan pada tahun 2011 sampai dengan 2014 untuk mendukung program PNPM Mandiri Perkotaan yang disebut SPBM bagian dari Urban Sanitation and Rural Infrastructure (USRI).

   "Sasaran dari program ini adalah penduduk miskin di perkotaan terutama kaum perempuan rentan marjinal yang berada di daerah rawan sanitasi," ungkap Dirjen Cipta Karya Kementerian PU, Budi Yuwono, di kantornya, Selasa (29/5/12).

   Sumber pendanaan US$ 60 Juta ini merupakan pinjaman yang berasal dari Asian Development Bank (ADB) yang selanjutnya akan disalurkan kepada masyarakat dalam bentuk Bantuan Langsung Masyarakat (BLM).

   "Setiap lokasi dapat Rp 350 juta, dan itu cukup dapat melayani sekitar 100 KK (kepala keluarga)," tuturnya.

    Menurut Budi, program ini merupakan salah satu upaya pemerintah dalam mencapai target Millenium Development Goals bidang sanitasi yaitu meningkatkan akses pelayanan sanitasi di perkotaan hingga mencapai 62,41% di tahun 2015.

    Program ini akan dilakukan secara bertahap di 1.350 kelurahan, 34 kabupaten/kota di 5 provinsi yaitu Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Sulsel, dan Sulut.

   "Kabupaten/kota yang dapat SPBM ini adalah kabupaten/kota yang sudah mengikuti program PPSP (Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman) tahun 2009-2010 yang telah menyatakan minatnya untuk membangun sarana pengolahan air limbah berbasis masyarakat," papar Budi.

   Budi mengungkapkan, teknologi yang digunakan untuk pembangunan sarana sanitasi ini mencakup pembangunan MCK atau Instalasi Pengolahan Air Limbah Komunal (IPAL Komunal), disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi masyarakat.

    Hal ini ditandai dengan penandatangan Memorandum of Understanding (MOU) antara Pemerintah Daerah yang berkaitan pada tanggal 29 Mei 2012 di Kantor Kementerian Pekerjaan Umum hari ini, disepakati bersama mengenai komitmen pelaksanaan kegiatan SPBM USRI.

Pusat Kucurkan Dana SPBM-USRI, 350 Juta Per BKM


    Makassar, (6/6/2012) Pengelolaan pembangunan sanitasi air limbah berbasis masyarakat tahun ini baru mulai direalisasikan oleh pemerintah Kota Makassar melalui program sarana prasarana Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat (SPBM-USRI) Dinas Pekerjaan Umum Kota Makassar.

    Adapun pembiayaannya menggunakan sumber anggaran long APBN Pusat melalui utang Bank Dunia untuk diberikan kepada Pemda untuk sanitasi kesehatan lingkungan khususnya menyangkut pengelolaan air limbah rumah tangga (domestik).

    Pasalnya limbah dimakassar belum tertangani dengan baik seperti drenase dan kanal yang dinilai sangat  kotor dan bau, hal ini dikarenakan Septic tank yang dibangun tidak memenuhi standar tehnis sehingga kebanyakan Septic tank masyarakat ini dialirkan kedrenase tanpa pengelolaan yang baik akibatnya berpengaruh pada air tanah yang cepat penuh.

    Drenase tidak hanya berfungsi sebagai sarana air hujan akan tetapi juga befungsi untuk pembuangan  air limbah. proses pengelolaan limbah rumah tangga ini nantinya akan disalurkan melalui sistim perpipaan yang dikelola menjadi Outlet untuk kemudian disalurkan kesaluran primer dan sekunder, yang akan melayani sekitar 40 hingga 50 Kepala Keluarga. adapun komponennya menggunakan  Bio-Digester, pippa primer, bak control, serta pipa otlek.

   Kegiatan sanitasi ini  90 persen dilaksanakan secara pemberdayaan masyarakat, yang mana sasaran kegiatannya lebih diprioritaskan pada kawasan yang dinilai rawan sanitasi serta daerah-daerah yang dianggap kumuh seperti pinggiran kanal, dimana setiap masing-masing lokasi akan mendapatkan  kuncuran anggaran 350 juta perkelurahan melalui rekening BKM. 

    Program ini sudah lama disosialisasikan sejak tahun 2011 hanya saja baru tahun ini bisa dilaksanakan karna anggarannya baru dicairkan. dimana tahun ini untuk kegiatan tahap pertama baru sekitar 16 kelurahan dari 14 kelurahan yang mendapat kucuran dana SPBM-USRI 2012, kemudian menyusul tahap kedua dan ketiga akan dilanjutkan pada tahun 2013. Sementara  rincian operasionalnya terdiri dari 60 persen untuk biaya material, upah pekerja 35 persen dan POPnya 5 persen. Ungkap Imbang di Hotel Jl. Star.

    Menurut Imbang Muryanto Kepala Seksi Sanitasi Dinas Pekerjaan Umum Kota Makassar menjelaskan tujuan kita yakni bagaimana mengenalkan kemasyarakat tentang pengelolaan air limbah, ‘idealnya sebelum air limbah dibuang kedrenase harus ada pengelolaan lebih dulu’, nanti setelah layak lingkungan baru kemudian dibuang kebadan-badan air, karna ujung-ujungnya nanti jika tidak tertangani dengan baik 15 hingga 20 tahun kedepan ini bisa berdampak buruk dimana limbah-limbah domestik tersebut akan mengalir semua kemuara pantai losari.

    Sementara Makassar sebagai ikon menuju kota dunia lagi gencar-gencarnya dibangun sebagai sentra ikon pariwisata, perdagangan serta pembangunan wisma nergara.  Untuk itu dari sekarang penanganan air limbah rumah tangga harus bisa tertangani dengan baik sekaligus menjadi menjadi starting point percontohan pengelolaan air limbah secara makro di Kota Makassar. Ujarnya

    Karna tidak lama lagi kita akan memiliki Instalasi pengolaan limbah IPAL losari  untuk tingkat kota dimana secara makro akan dipusatkn dipantai losari, sementara program USRI ini ini sifatnya kecil-kecil atau komunal yang tidak bisa disalurkan melalui kawasan IPAL local.

    Menurut Abu Sopyan Kasubdin Jalan Lingkungan PU Kota Makassar Kegiatan ini sebagai bentuk shering masyarakat terhadap sanitasi lingkungan, untuk IPAL losari sendiri tentu bersifat makro, sedangkan lahan untuk bak limbah komunal yakni 2 x 6 meter tanpa ada biaya kompensasi, seandainya masyarakat tidak mendapatkan lahan untuk bak limbah komunal maka bisa menggunakan fasilitas umum misalnya dengan memakai jalan lingkungan untuk ditanam, kedalamannya tergantung kemiringan lahannya, panjang pipanya berdasarkan system gravitasi. (red-ketum)

Arsip Berita

 

Copyright Forum Wartawan Indonesia / Email: forwisulsel@yahoo.com