Berita Terkini :
SALAM REDAKSI ,  WELCOME  |   sign in   |   Gueet Book   |   Kontak Kami



Harap tunggu :D
Sponsored By :FORWI.

Healine News

DeaMedia SKU Forum Wartawan Indonesia

Headline News Caver Depan
forwinews.blogspot.com




Email

forwisulsel@yahoo.com

Visitor

Berita Dari Sulsel

Berita Dari Sultra

Berita Dari Sulbar

Kawasan Link Media

Saturday, May 12, 2012

Pesawat Sukhoi Super Jet 100 Membawa Maut


      Jakarta, Kamis (10/5/2012), Proses evakuasi korban pesawat komersial sukhoi superjet 100 sementara berlangsung dengan penerbangan RA 36801, lambatnya proses evakuasi penumpang sukhoi tersebut dikarenakan medan atau lokasi tempat jatuhnya pesawat tersebut sangat terjal ditambah kondisi cuacar sangat esktrim  dimana suhu diperkirakan mencapai 31 derajat celcius.

     Beberapa ahli forensik diturunkan baik lokal maupun mancanegara di bantu tim medis untuk melakukan proses indentifikasi terhadap tubuh korban seperti pengambilan tes DNA, sidik jari, dan lain-lain.  Meskipun sudah ada beberapa korban atau kantong jenasah telah berhasil ditemukan namun hingga saat ini masih dilakukan proses pencaharian terhadap korban lainnya.

     Pesawat komersil sukhoi superjet 100 saat melakukan demo flight penerbangan pertama dibandara halim perdana kusuma terbilang sukses namun pada saat melakukan penerbangan kedua  yang memuat diantaranya pejabat, pebisnis, jurnalis dan warga asing yakni sekitar 42 undangan terdiri dari 39 warga sipil dan 8 crew dengan kapasitas kursi 90 orang, pesawat ini saat road show diatas ketinggian 1000 kaki dengan titik kordinat 06 42 61.3 lintang selatan 106 44 41.2 bujur timur diatas bukit gunung salak diwilayah desa batu tapak, cidahu sukabumi Jawa Barat, terakhir kehilangan kontak saat pilot meminta izin turun 6.000 kaki dari ketinggian bukit 7000 kaki sekitar pukul 14.33 wib.

    Seperti diketahui, pesawat Sukhoi Superjet 100 melakukan joy flight dari Bandara Halim Perdana Kusuma dalam rangka promosi kepada konsumennya. Setelah berhasil pada penerbangan pertama, pesawat yang mengangkut penumpang dari berbagai kalangan termasuk lima wartawan, sebelumnya kehilangan kontak radar dan pada akhirnya ditemukan bangkai pesawat dan korban di kawasan gunung Salak pada Kamis (10/5/2012) pagi oleh tim SAR.

    Proses jatuhnya pesawat sukhoi ini mengundang sejumlah pertanyaan dari media massa dan pengamat penerbangan, pasalnya diduga karena faktor human error (pilot) yang  dinilai tidak hafal atau tak memahami navigasi di Indonesia. Namun Pihak Sukhoi membantah jika pilot yang menerbangkan pesawat Sukhoi Superjet 100 tidak hafal atau tak memahami navigasi di Indonesia.

    "Biasanya pilot kan sebelum terbang mengajukan flight plan, dan confirm dengan pihak bandara, tower, otoritas. Kalau dibilang dia tidak hafal, saya yakin pasti dipelajari semua (sebelum terbang, red)," kata Konsultan Sukhoi, Indrajani, kepada wartawan, Kamis (10/5) di Bandara Halim Perdana Kusumah, Jakarta.

    Lantas apakah ada masalah teknis? Indrajana tidak mau menjelaskan. Ia mengaku tak bisa menjawab karena itu bukan kewenangannya. "(Masalah teknis) Itu tidak tahu, saya tidak bisa menjawab itu, karena masalah teknis. Kita tunggu  hasil investigasi bagaimana hasilnya, itu nanti dari KNKT (Komine Nasional Keselamatan Transportasi),"ujardia.

Pilot: Masuk Udara Indonesia seperti Masuk Neraka

     Metrotvnews.com, Jakarta: Teknologi di bandar udara, terutama Air Traffic Control, di Indonesia jauh dari memadai. Masalah makin besar karena ketidakpatuhan sektor lain berdampak pada kekisruhan di dunia penerbangan. Masalah itu mencuat dalam diskusi di "Polemik Sindo Radio" di Warung Daun, Cikini, Jakarta, Sabtu (12/5).

    Keluhan soal teknologi ATC disampaikan pilot Garuda Indonesia Jeffrey Adrian. "Pilot asing selalu mengeluhkan, kalau masuk ke Indonesia itu mereka bilang seperti masuk ke neraka," kata Adrian. "Saya bisa dengar suara dangdut sampai jazz bocor ke atas, obrolan orang di telepon juga."

     Hal itu terjadi, kata Adrian, salah satunya karena sejumlah radio dan penyedia jasa telekomunikasi, baik GSM maupun CDMA, memperluas jangkauan dengan memperkuat sinyal. Padahal, seharusnya itu dilakukan dengan menambah tower. "Jadi sinyalnya bocor ke atas," kata Adrian.

    Menurut pemerhati masalah penerbangan Samudra Sukardi, tidak hanya sinyal radio dan ponsel yang salah. Teknologi yang digunakan di Indonesia juga jauh ketinggalan. Untuk kasus kebocoran suara, kata Samudra, suara masuk ke kokpit tidak mengganggu instrumen penerbangan, tapi mengganggu komunikasi pilot dengan tower ATC.

     Menurut Samudra, sinyal itu ada high frequency, very high frequency, dan ultra high frequency. Di negara-negara lain komunikasi pesawat sudah menggunakan frekuensi sangat tinggi, tapi Indonesia masih menggunakan high frequency. "Ini jadi bercampur dengan radio dan ponsel," kata Samudra. (MI/DOR)

Arsip Berita

 

Copyright Forum Wartawan Indonesia / Email: forwisulsel@yahoo.com