Berita Terkini :
SALAM REDAKSI ,  WELCOME  |   sign in   |   Gueet Book   |   Kontak Kami

Monday, January 23, 2012

Citra Polisi Kembali Ternoda : Wartawan Amunisi Dianiaya

Makassar Amunisi (20 januari 2012), Inilah bukti arogansi aparat dalam melalukan represif kepada buruh tinta dalam menjalankan tugas jurnalistiknya, bukanya bersikap koperatif dalam melayani dan mengayomi masyarakat terutama terhadap mitranya sendiri. Prilaku main fisik dan menganiaya menunjukkan bukti semakin bobroknya dekadensi moral aparat kepolisian yang dinilai sudah jauh dari tata krama atau nilai-nilai etika, apapun alasanya tindakan ini sudah diambang batas yang dinilai sangat tidak terpuji dan lagi-lagi telah menodai institusi kepolisian, belum selesai kasus yang menimpa sejumlah rekan kami wartawan mingguan yang dihina dan didiskriminasi oleh Kasatreskrim, Akp. Muh.Erwin dikantor Polres Mamuju beberapa waktu yang lalu, kendati kasusnya telah ditangani langsung oleh Kapolda SulSelBar sendiri, malah kejadian ini terulang kembali yang tak henti-hentinya terus mendera, dan mencederai para jurnalis lebih fatalnya lagi jika aksi yang dilakukan main keroyok dan disaksikan khalayak ramai didepan umum. dimana korbannya kali ini merupakan Koordinator liputan daerah SulSel  SKU Amunisi, Koordinator Wilayah Indonesia Timur Koran Patroli, yang juga Sekretaris Pengurus Harian Wilayah SulSel LSM KIPFA (Kelompok Independen Pencari Fakta), mendapat perlakuan buruk berupa kekerasan dari oknum Aparat Kepolisian yang diketahui berinisial SD .A dengan pangkat Briptu bersama sejumlah Aparat dari kesatuan Perintis yang lagi bertugas melakukan pengamanan pada acara yang digelar Suzuki yang dimeriahkan oleh Band SMAS saat itu
Sikap sentimentimentil oknum aparat kepolisian terhadap pekerja kulit tinta ini dinilai terlalu over action didepan pablik pasalnya hanya karna cuma ingin mengambil gambar disela-sela acara konser band ‘SMAS’ yang belangsung dipelataran pantai losari sabtu malam, 20 januari 2012 yang diadakan oleh SUZUKI, dimana ketika sejumlah masyarakat hendak melihat langsung para personilnya SMAS dari dekat yang berada ditenda peristirahatan sebelum tampil dipanggung, dan seketika itu pula seorang jurnalis kembali menjadi korban penganiayaan Aparat kepolisian dengan cara memukul kepala korban dengan tangan, dimana awalnya panitia pelaksana sendiri tidak memberi keleluasaan terhadap para jurnalis untuk mengambil gambar dari dalam para personil SMAS dan hanya bisa mengambil gambar dari lubang kecil dari pintu tenda. Spontantanitas korbanpun merasa panik dan kaget kenapa dirinya dipukul tanpa alasan yang jelas padahal yang bersangkutan mengetahui korban adalah seorang jurnalis lengkap dengan ID Cardnya yang masih menggantung dileher, untungnya korban waktu itu masih memakai helm, mendapat perlakuaan buruk tersebut selaku Jurnalis tentu bertanya mengapa harus dengan kekerasan dengan cara memukul ? bukan memberitahu dengan etika ? saya larang orang disini mengambil gambar ! jawabnya,’’perintah siapa ? apakah hal ini mengganggu keamanan ? bukankah ini yang dimaksud menghalangi jurnalis dalam mengumpulkan informasi ?’’dengan protes saat itu sejumlah anggota Aparat yang lain seperti dari  kesatuan Perintis bukannya melerai secara netral melainkan melerai secara sepihak seperti  beberapa oknum yang tidak diketahui identitasnya langsung menarik dengan keras kartu identitas yang terikat oleh kalung besi yang masih menggantung dileher tidak lebih seperti mencekik. disaat yang bersamaan datang seseorang yang diduga juga anggota berpakaian preman langsung mendorong korban anehnya oknum anggota Perintis hanya melihat kejadian itu seperti membiarkan hal itu terjadi.
Padahal belum lama ini sejumlah Media yang tergabung dalam Forum Wartawan Indonesia melakukan konfirmasi terhadap kasus ini Kepolda SulSelBar melalui Humas Polda SulSelBar memberi keterangan bahwa Kapolda telah menindak lanjuti atas laporan tentang perlakuan intimidasi terhadap para kuli tinta (Pers) yang sudah jelas melawan hukum  seperti yang terjadi diKabupaten Mamuju Sulawesi Barat dengan telah memberi teguran kepada yang bersangkutan Kasat Reskrim, atas keterangan itu maka sejumlah Jurnalis melontarkan pertanyaan apakah ini merupakan jaminan dari pihak Kepolisian setingkat Polda SulSelBar agar kasus seperti ini tidak terulang lagi ? jawabnya ‘’ini bukan jaminan karena mereka manusia biasa’’ kini terbukti benar keberadaannya kendati telah dinilai hal ini tentulah sangat lemah sehingga menimbulkan kekewatiran dikalangan Jurnalis dalam menjalankan tugasnya dilapangan.(dzul/red-forwi)  

No comments :

Post a Comment

Arsip Berita

 

Copyright Forum Wartawan Indonesia / Email: forwisulsel@yahoo.com